Jakarta. Jumat 22 Nov 2008
|
Gus Miftach & GusDur dalam Dialog Kebangsaan 20018,
di ManggalaWanabakti Jakarta |
“Gus Dur Meninggal Dunia “!, demikian suara seseorang diseberang telpon yang sedang
dimonitor Gus Miftah,panggilan akrab Dr.KH.Agus Miftach, Ketua KPU 1999,
yang kemudian mengenali suara itu
berasal dari pembantu dekat Presiden RI
ke 4 itu.
Ridwan Saidi, Ketua Masyumi Baru, dan Eros
Jarot, Ketua PNBK, serta Suparmin
Sunjoyo, Dubes RI untuk Suriname dan
Guyana, yang mendengar penuturan KH.Agus
Miftach , sahabat dekat Gus Dur itu, sejenak tegang. Belasan orang tamu yang
juga hadir di Permata Hijau AA-3-Jakarta Selatan, rumah Gus Miftach, - ikut serius menyimak “berita” yang dilansir “Kyai Mbeling” kelahiran Demak
–Jateng itu.
Dibalik berita itu Gus Miftah kemudian
menjelaskan, bahwa hari itu, saat
sedang “cuci darah” , peralatan medis
yang dipasang ditubuh Gus Dur mendadak
berhenti , yang mengindikasikan jantung
tokoh NU itu tak berdetak sekitar sepuluh menit. Kepanikan diseputar para pembantu dekat Gusdur kemudian menyebar via telpon kebeberapa tokoh
yang dianggap perlu segera tahu situasi mantan orang nomor satu di Indonesia
itu.
Diantara para penerima berita
“meninggalnya” Gusdur kemudian
menyarankan agar proses cuci darah jangan dihentikan dulu.”Teruskan saja dulu”!
Dokter yang merawat Gusdur pun
sigap melanjutkan proses cuci darah, sementara para pembantu dekat Pendiri PKB itu
menanti dengan harap-harap cemas.
Sekitar sepuluh menit berlalu, tiba-tiba
para petugas medis melihat keajaiban, jarum indikator pacu jantung dalam proses
cuci darah itu bergerak kembali. Itu artinya, Gusdur hidup lagi! Para
Dokter dan pembantu dekatnya bernafas lega dalam suka
cita, setelah dicekam suasana “kematian” Pengurus Yayasan Simon Peres Israel itu.
Kenapa
Malaikat Izroil?
Usai
ketegangan itu berlalu, Gusdur
diperkenankan pulang kembali ke Ciganjur. Gus Miftach segera menelpon
sahabatnya yang sama-sama pernah menjadi
Penguasa Negri ini. Ketika Gusdur
menjabat Presiden, Ketua KPU yang memimpin proses segala Pemilihan Umum
Legislatip maupun Eksekutip adalah Gus Miftach.
Melalui telpon Gus Miftah bertanya ke
Gusdur, apa yang terjadi sekitar sepuluh menit saat cuci darah yang mengindikasikan jantung Gusdur berhenti berdenyut, alias mati
itu? Dengan enteng Gusdur menjawab, bahwa , dalam waktu sekitar sepuluh menit itu dirinya
didatangi orang tinggi besar dan sangat
gagah. “Saya pikir orang itu ente (maksutnya Gus Miftach), karena biasanya
yang potongan mau nipu gitu kan ente,
eee ...ternyata bukan”! Lha terus siapa
orang itu Gus? Tanya Gus Miftach ke Gusdur.
“ Orang itu mengaku TUHAN!” jawab Gusdur tegas. Jadi kemudian saya tanya, lanjut Gusdur. “Jadi TUHAN mau ngapain kesini?” tanya Gusdur . “Ya, saya mau mencabut nyawa kamu”!
Jawab “Tuhan” ke Gusdur. Dasar Gusdur, melihat gelagat kurang beres itu segera
“memprotes Tuhan”. Lha biasanya yang mencabut nyawa kan Malaikat IZROIL? Kenapa
sekarang Tuhan yang kerja sendiri? ,tanya Gusdur bernada protes.
“Ah saya kan Tuhan, ya sesuka suka saya
mau kerja apa saja, dengan atau tanpa siapa saja” , jawab “Tuhan”. Bukan Gusdur kalau tidak ngeyel! “Tidak
bisa!” , seru Gusdur. Lha wong saya
saja yang ndirikan PKB kerja
sesuka suka saya juga diprotes orang trus dipecat, lha “Tuhan” kok kerja tidak pakai aturan. Nggak
bisa!, sergah Gusdur makin sengit kepada “Tuhan”. Jadi akhirnya Tuhan “mengalah”
dan bilang ke Gusdur bahwa: “Ya, kalau
gitu ditunda lain waktu saja nyabut nyawanya Gusdur” , kata “Tuhan” yang
kalah debat dengan cucu Kyai Hasyim Asyhari itu.
Tawa segar tentu saja bergema
dari Eros Djarot dan puluhan orang yang mendengar penuturan Gus Miftach, di Garasi rumahnya menjelang
pengajian Jumat malam Sabtu akhir November 2008 itu. (kukuh,23/11/2008/06.55)