20160928

Sopir Bus VS Ulama di Pintu Surga

Dari Pesantren Taman Hati  Abdurahman Wahid Jakarta Timur - Februari 2016;
Romo Frans Magnis Suseno- Pendeta Jerman Yang Lebih Indonesia 
Diantara para Tokoh , yang dengan fasih menuturkan guyon GusDur adalah Romo Magnis Suseno. Dikisahkan , bahwa , ketika Pintu Surga  terbuka , Para Ulama , Pastur dan Pemuka berbagai Agama , harus mengisi formulir data diri mereka sebelum diijinkan masuk. Tentu formulir itu berisi data Nama , Alamat , Pekerjaan dll.


Sementara para Pemuka Agama sedang mengisi formulir , ada serombongan besar orang-orang yang datang , dan oleh Penjaga Pintu Surga- LNGSUNG disuruh Masuk – tanpa mengisi FORMULIR , seperti yang diwajibkan pada para Tokoh agama itu.
Tentu saja, kejadian itu menimbulkan PROTES! 

Kenapa begitu banyak orang dengan mudah dijinkan MASUK SURGA – sementara Para Pemuka Agama harus dengan susah payah ngantri sambil ngisi Formulir?

 Sang Penjaga Pintu Surga dengan bijak menjelaskan, bahwa rombongan yang dengan MUDAH diijinkan Masuk Surga itu adalah SOPIR BIS JAKARTA !  LHO… kok bisa ???

Ya , Faktanya begini , semasa Hidup didunia, Para Pemuka Agama selalu berceramah tentang nilai-nilai luhur dari ajaran semua Agma- TAPI banyak umat biasanya tertidur ketika para Ulama sedang berkhotbah.

Sementara , disisi lain kehidupan , saat Sopir Bis Metromini Jakarta , sedang mengemudikan kendaraan , semua Punumpang kompak BERDOA menurut keyakinan masing-masing. Ya, Sopir Bus Jakarta- ternyata lebih pandai membuat banyak Orang BERDOA- supaya Bus , karena ngebut- tidak celaka! 

Itu sebabnya , para sopir Bus Jakarta , lebih dulu disilahkan masuk Surga, sementara para pemuka Agama masih harus mengisi Formulir , lengkap dengan data mereka!

Celoteh Romo Magnis –yang mengutip pengalamanya bersama GusDur itu, tentu saja- memancing tawa ratusan tamu undangan yang hadir.

Acara NGOPI BARENG GUS NURIL ini diawali  DOA dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan ditutup dengan makan prasmanan- gulai daging – serta cemilan hasil bumi – singkong, ubi, kacang- yang dimasak para santri.

Gus Nuril berjanji, acara ini akan berlangsung sebulan sekali, kadang di Pesantren Soko Tunggal Semarang , dan gantian berikutnya di Pesantren GusDur Jakarta Timur. (nks/mj/leo/pd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar